Memilih dan
Menghidupi Pilihan ala Dahlan Iskan
Judul Buku : Surat Dahlan
Penulis :
Khrisna Pabichara
Penerbit :
Noura Books (PT. Mizan Publika)
Harga :
Rp 65.000,00
Tebal : 396 halaman
“Surat Dahlan” merupakan sekuel dari novel karya Khrisna
Pabichara sebelumnya, yakni “Sepatu Dahlan” yang meraih penghargaan 5 Besar
Anugerah Pembaca Indonesia 2012 sekaligus menyabet gelar mega best seller pada penjualannya. Cerita pun bermula dari
rehatnya Dahlan setelah menjalani operasi liver
berjam-jam lamanya. Ingatan demi ingatan masa muda Dahlan berputar kembali,
menggenapkan kepingan-kepingan asa dan masa yang pernah ia jalani.
Dahlan, seorang anak, mahasiswa, sekaligus laki-laki sederhana
dengan harapan seadanya, meninggalkan kampung halaman demi penghidupan yang
lebih baik di Samarinda. Sebagai seorang anak, dari ayah yang gemar
meninabobokannya dengan dongeng-dongeng sarat nasihat dan pengharapan, tentu ia
ingin membuktikan bahwa kelak ia dapat menjadi seseorang yang mandiri dan terus
mengamalkan apa yang ayahnya pernah ajarkan. Sebagai seorang mahasiwa, Dahlan
menyukai belajar. Namun, pendidikan di kampusnya malah membuatnya tersesat pada
sistem kekangan, yang kala itu memang dipelihara oleh pemerintah. Pelajar Islam
Indonesia (PII) adalah rumah kedua dimana ia dapat berbagi ilmu, pengalaman,
serta idealisme mahasiswa yang berkobar di dalam dirinya. Sebagai seorang
laki-laki muda, romansa hidupnya juga diwarnai dengan kekikukan menyelami perasaan
perempuan dan upaya menemukan pemilik setengah hatinya kelak.
Setiap bab, berisikan perjuangan Dahlan dalam menghadapi
pilihan-pilihan di dalam hidupnya, dituturkan dengan bahasa yang apik. Pilihan
untuk tetap berjuang di tanah perantauan, pilihan untuk menyuarakan kegelisahan
hati akan pemerintahan yang mengekang, dan pilihan dalam menentukan sikap demi
perempuan masa depan. Novel yang terinspirasi dari mantan Menteri BUMN RI, Dahlan
Iskan, ini diramu dengan manis oleh penulisnya lewat sajian berbagai
kisah-kisah termahsyur yang diceritakan oleh tokoh Bapak Iskan yang tidak lain
adalah ayah Dahlan sendiri. Kutipan-kutipan menarik banyak menghiasi halaman
novel ini, salah satunya adalah petuah Nenek Saripa yang berbunyi : “Kita
memang dilahirkan bersama rasa takut, tapi kita tidak boleh gentar menghadapi
apapun.” (halaman 218). Kutipan ini cukup menggambarkan bagaimana Dahlan tetap
percaya dan berusaha menjalani segala konsekuensi dari pilihan yang ia buat.
Alur cerita yang kadang melompat-lompat lewat ingatan
Dahlan akan masa kanak-kanaknya kadang memerlukan perhatian lebih untuk dapat
dimengerti dan diuntai masanya. Kisah-kisah yang dituturkan oleh tokoh Bapak
Iskan secara tersirat juga kadang perlu dibaca berkali-kali untuk dapat
dipahami keterkaitannya dengan masalah yang sedang dihadapi Dahlan. Namun
secara keseluruhan, novel ini menarik untuk dibaca, selain karena sebagian
besar diangkat dari kisah nyata, kata hati menjadi kunci utama yang dapat
dipetik dari tokoh Dahlan dalam menapaki fase-fase penting di dalam hidupnya.
*dibuat untuk mengikuti lomba resensi buku tahun 2013 lalu. Did I win? No, I didn't.
*dibuat untuk mengikuti lomba resensi buku tahun 2013 lalu. Did I win? No, I didn't.