Saturday, 10 January 2015

"Ketidakberadaan" dalam Novel Ally, All These Lives

Berawal dari mencari-cari informasi tentang resensi buku, saya keliling ke beberapa account sosial media dan menemukan tawaran menyenangkan untuk menjadi First Chapters Commentator untuk sebuah novel fiksi yang akan terbit berjudul Ally, All These Lives. Dari account twitter @Gramedia, saya mendapat informasi bagaimana mendaftarkan diri menjadi komentator yang dimaksud. Tugasnya tidak jauh berbeda dengan menjadi First Reader sebuah novel. Namun, kali ini saya hanya akan diberikan 2 bab awal novel Ally, All These Lives untuk dibaca lalu kemudian memberikan komentar di blog seperti yang saya lakukan sekarang. Menyenangkan sekali! Selain penulis bisa melakukan promosi sebelum novelnya terbit, menurut saya hal ini juga dapat sekaligus menjaring pembaca yang penasaran dengan "pancingan" bab-bab awal yang menggelitik. Dan saya memang jadi penasaran.

Sampul depan Ally, All These Lives

Buku ini awalnya saya pikir adalah karya terjemahan, dilihat dari sampul depan dan judulnya yang menggunakan nama tokoh Ally. Setelah membuka account sosial media penulisnya yang ditautkan oleh twitter @Gramedia, ternyata pikiran saya salah. Novel ini karya Arleen Amidjaja, penulis Indonesia, yang baru akan terbit di tanggal 22 Januari 2015 nanti. Pastinya bukan novel terjemahan. Namun, memang latar dan penokohan yang dibangun dalam novel ini bertempat di luar negeri--disebutkan bahwa tokoh Ally tinggal bersama keluarganya di Mountain View, dan sejauh saya mencari tahu ada di California, AS. Berbicara tentang sampul, kalau dilihat sekilas yang bisa kita lihat dengan jelas adalah sosok seorang perempuan bergaun putih yang sepertinya adalah tokoh Ally. Setelah itu saya nggak terlalu memperhatikan lagi karena mulai membaca isi novelnya. Tapi begitu selesai membaca dan kembali melihat sampul depannya, ternyata sampul ini juga berisi 4 potongan tempat yang berbeda-beda. Ayo silahkan diperhatikan!

Kalau cukup jeli, sebenarnya melihat dari sampul dan judul saja sudah dapat mendapakan sedikit-sedikit gambaran tentang isi novel ini. Jadi memang bisa dibilang sampul dan judul sudah dapat mereprensentasikan cerita. Dua bab pertama novel ini disajikan melalui penuturan si tokoh Ally sendiri. Bab pertama bercerita mengenai Ally ketika ia berusia 10 tahun, sedangkan bab kedua masih tentang Ally, tetapi, ia yang sudah duduk di bangku SMA. Gaya penulisannya lugas dan seperti catatan harian yang ditulis sendiri oleh tokoh Ally. Tidak terlalu banyak metafora yang membingungkan. Namun seperti yang saya ungkapkan sebelumnya, suasana yang terbangun ketika saya membaca 2 bab pertama novel ini adalah seperti membaca novel terjemahan. Mungkin memang penulis menggunakan gaya bahasa seperti itu untuk menyesuaikan latar tempat yang akan dibangun. Penulis menggambarkan setting peristiwa dengan cukup detail melalui penggambaran ruangan di mana Ally berada, bagaimana Ally membaui aroma kue cokelat, dan perasaan menggelitik yang ia alami sebelum hal-hal aneh menimpanya.

Hal-hal aneh? Ya, saya rasa inti novel ini adalah tentang bagaimana Ally mengetahui bahwa kenyataan-kenyataan di dalam hidupnya telah berubah, sesaat setelah ia seolah kehilangan kesadaran dan merasakan hal-hal di sekililingnya mendadak menghilang. Tokoh Ally menyebutkan peristiwa ini sebagai "Ketidakberadaan" yang menimpanya. Karena baru membaca 2 bab pertama, saya juga masih belum tahu apa yang sebenarnya menimpa tokoh Ally bersamaan dengan kondisi kehilangan kesadaran yang ia alami. Efek dari "Ketidakberadaan" ini ternyata nggak sesederhana yang kita pikirkan. Bab 1 menceritakan bagaimana Ally mendadak mengetahui bahwa ia memiliki seorang adik laki-laki sesaat setelah ia mengalami kehilangan kesadaran yang diawali dengan perasaan menggelitik yang disebut sebagai "Ketidakberadaan" tadi. Setelah cukup dapat menerima bahwa mungkin saja ada yang "terputus" dalam syaraf otaknya dan membuat dihapusnya ingatan mengenai ia dan adiknya, di Bab 2 disuguhkan lagi hal yang membuatnya bingung. Ally mendadak merasakan hal yang sama seperti yang ia alami di usia 10 tahun. Perasaan menggelitik yang sama. Gelap yang sama. Dan kenyataan bahwa sesaat setelah mengalami "Ketidakberadaan" itu, orang tuanya mengatakan bahwa adik laki-lakinya telah lama meninggal. Padahal sebelumnya, Ally menuturkan bagaimana ia menjalani kehidupannya sehari-hari bersama adik laki-lakinya tersebut.

Setelah selesai membaca 2 bab pertama saya jadi berusaha mencocokkan isi cerita, judul, dan gambar sampul depan. Kemudian membuat asumsi saya sendiri mengenai kelanjutan cerita dan apa yang sebenarnya terjadi pada tokoh Ally. Tokoh Ally ini sepertinya hidup dalam beberapa dunia, yang diwakilkan oleh 4 setting tempat di halaman sampul dan judul yang tertulis sebagai "All These Lives". Namun, tetap dengan orang-orang yang sama di dalam dunianya dan peran yang sama untuk Ally. Maksud saya, bukan di satu dunia ia berprofesi sebagai dokter, kemudian di dunia yang lain ia adalah tentara yang diutus ke medan perang. Dua bab pertama membahas mengenai ia dan adik laki-lakinya, mungkin nanti di bab-bab selanjutnya akan banyak lagi kisah yang melibatkan tokoh lain. Saya sempat berpikir jangan-jangan Ally ini memiliki kepribadian ganda seperti novel Sybil karya Flora Rheta Schreiber yang pernah saya baca beberapa tahun lalu. Nah, kalau di novel Sybil ini tokoh utama yang juga bernama Sybil menderita dissociative identity disorder. Mudahnya ia memiliki beberapa "alter" kepribadian dalam dirinya, kalau tidak salah sekitar 16 kepribadian yang berbeda. Namun saya agak lupa juga gejala awal yang membuat Sybil ini hingga pada akhirnya menderita dissociative identity disorder, apakah sama seperti "Ketidakberadaan" yang digambarkan di novel Ally atau tidak. Kemungkinan lain adalah Ally ini bisa melompati dunia-dunia paralel miliknya. Kalau asumsi yang satu ini saya pikirkan sesaat setelah membaca ulang ucapan terima kasih penulisnya, Arleen Amidjaja. Kalau boleh saya kutip sedikit, Arleen Amidjaja menuliskan :
"And to Alyssa. My universe is so bright because you’re in it. And if there is ever a brighter parallel universe out there that doesn’t have you in it, believe me, I will never want to go there."
Nah jadi penasaran kan? Hehehe. Saya juga!! Bagi saya 2 bab pertama benar-benar berhasil membuat pembaca berpikir, penasaran, berasumsi--seperti saya, dan "mengajak" untuk membaca bab-bab selanjutnya. Daripada menebak-nebak, saya memilih untuk menunggu tanggal 22 Januari 2015 atau 28 Februari 2015 saja untuk melanjutkan membaca bab-bab selanjutnya. Siapa tahu nanti saya dapet satu eksemplar dari Arleen Amidjaja-nya sendiri, atau dari @hobbybuku, atau @Gramedia. Buat yang penasaran juga, bisa lho ikutan jadi First Chapters Commentator seperti saya dan langsung membaca 2 bab pertama serta berkesempatan dapetin bukunya! Tata caranya bisa buka twitter account penulisnya Arleen Amidjaja dan jangan lupa pendaftaran ditutup tanggal 22 Januari 2015, di hari Ally, All These Lives terbit. Semoga kita beruntung! Kalau belum, langsung cek Toko Buku Gramedia aja! Hahaha.